Senin, 26 Juli 2010

MUSIK DALAM IBADAH

1. Pengantar
Dari sekian banyak kegiatan dalam ibadah, musik (instrument dan vocal) merupakan suatu kegiatan yang cukup banyak paling banyak dalam persekutuan Kristen. Selain media expressi, pengajaran, doa, dll, bahkan musik mampu menyentuh manusia ketika bahasa biasa tidak mampu menyentuh manusia. Namun dalam beberapa konsultasi musik dan liturgi di Indonesia ditemui beberapa kesan dari gereja-gereja tentang musik sbb:
- Ada perbedaan kebutuhan musikal antara orang tua dan kaum muda dalam ibadah
- Ada perbedaan kebutuhan musikal antara jemaat desa dan kota
- Musik dan litrugi yang telah dipelihara gereja turun-temurun tidak sepenuhnya menjawab kebutuhan jemaat yang heterogen.
- Banyak gereja memonumenkan nyanyian sehingga tidak berkembang
- Banyak gereja yang merelatifkan penggunaan musik gereja sehingga terjadi keragaman yang membingungkan jemaat
- Kurangnya gereja memberi tempat bagi diskusi-diskusi pembahasan musik yang serius dalam pertemuan-pertemuan gerejani
- Kurangnya upaya kontekstualisasi musik; dll

Keterangan ini bahkan bukan hanya kesan, tapi memang sebagai sebuah kenyataan. Melihat dan menyadari hal ini, ditemukan beberapa aksi gereja, seperti:
- Sikap tertutup / membatasi diri terhadap sesuatu di luar tradisi / kebiasaan.
- Sikap reaktif (membuat tandingan) terhadap aliran kontemporer
- Sikap Ada gereja yang semakin yang menanggapinya dengan sedikit reaktif dan melakukan perobahan instant system mengcopy atau mengabdi pada permintaan pasar
- Sikap tanggap / hati-hati; serius dan terarah. Mengamati buah, mencari akar masalah dan meramu jalan keluar.

Semua sikap ini tergantung pada sistem pengajaran dan konsep teologi gereja tentang ibadah dan sistem sosialisasi gereja kepada jemaat atau bidang-bidang tertentu yang berkaitan dengan ibadah dan musik. Perlu kita ketahui bahwa ibadah adalah penampakan pandangan teologi sebuah gereja. Wajar saja, gereja-gereja yang berbeda sistem pengajaran, memiliki perbedaan pendekatan / strategi dalam pelaksanaan dan pembaharuan ibadahnya.

Dalam perkembangan gereja-gereja kontemporer, peranan musik cukup mendapat tempat dalam kemasan ibadahnya. Bahkan dibeberapa gereja, disebut dengan istilah ibadah pujian, dimana unsur-unsur liturgi dikemas dalam bentuk musik dan nyanyian. Tidak bisa dipungkiri, hasilnya cukup menarik minat banyak orang. Hal ini menjadi tantangan bagi gereja-gereja main stream namun sekaligus mejadi peluang, dimana kita mengetahui ada kerinduan jemaat yang menjadi jalan masuk pelayanan gereja lewat ibadah. Namun pembaharuan ibadah itu harus didasarkan pada pengertian dan skill yang benar, agar tidak mengabdi pada permintaan pasar semata.
Yang jelas, bahwa manusia termasuk gereja tidak mungkin terlepas dari musik. Yang kurang jelas adalah bagaimana kita menempatkan musik itu dalam ibadah sehingga memiliki efektifitas yang baik. Apakah musik harus mengikuti atau menolak arus jaman? Apakah dasar berpijak kita untuk mengembangkan, memperbaiki atau mempertahankan musik dalam ibadah gereja? Tentunya, masih banyak pertanyaan yang boleh kita ajukan seputar musik dan penggunaannya dalam ibadah. Untuk itulah, dalam bagian berikut ini, kita akan menjelajahi beberapa aspek musik dalam korelasinya dengan ibadah, prikologi dan prilaku, yang akan membantu kita dalam pengembangan ibadah.

2. Fungsi Musik secara umum
Musik memiliki beberapa fungsi seperti:
• Bahasa atau alat komunikasi yang sangat berkaitan erat dengan jaman / budaya dan lingkungan sekitarnya
• Media expressi manusia
• Media pengajaran, stimulasi terhadap aspek kognitif, motorik dan afektif.

3. Fungsi Musik dalam Ibadah
- Musik sebagai liturgi (unsur dari ibadah itu sendiri); pujian, pewartaan, perenungan, syukur, permohonan, persembahan, tekad, penyerahan diri / pernyataan iman, dsb
- Musik mempersatukan team penyanyi, jemaat juga jemaat dan penyanyi; baik pada permulaan / cinditioning, menyambut firman, komitment, dll.
- Musik menyertai ibadah (latar belakang pendukung terciptanya suasana hikmat); waktu pembukaan, saat teduh-pengakuan dosa, perjamuan kudus, dll
- Musik memperindah ibadah; sebagai pendukung untuk baiknya pelaksanaan nyanyian.

4. Psikologi dan Musik
Musik dapat meningkatkan aspek kognitif, motorik dan afiektif manusia. Di antara sel-sel (neuron) otak manusia ada jarak/ pemisah. Sel (neuron) yang tidak bersentuhan ini berkomunikasi dengan rangsangan elektric dengan kecepatan tertentu. Musik dapat memberikan rangsangan-rangsangan yang kaya untuk segala aspek perkembangan secara kognitif dan kecerdasan emosional (EQ). Roger Sperry dan Herry Chunagi penemu teori Neuron mengatakan bahwa neuron baru akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik sehingga neuron yang terpisah-pisah itu bertautan dan mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak, sehingga terjadi perpautan antara neuron otak kanan dan otak kiri itu.
Musik membantu manusia (khususnya anak) untuk menangkap hubungan antara waktu, jarak dan urutan (rangkaian) yang merupakan keterampilan yang dibutuhkan untuk kecakapan dalam logika berpikir, matematika, bahasa dan penyelesaian masalah.
Cara kerja otak manusia: jika ada sel-sel otak yang tidak dipakai, maka sel itu akan dibuang, sehingga kemampuan manusia yang berhubungan dengan sel yang telah dibuang itu sangat –sangat sulit untuk di kembangkan.
Secara fisik, indra pendengaran merupakan perkembangan yang pertama dari kelima indra yang bisa distimuli untuk meningkatkan perkembangan fungsi otak manusia. Kognitif merupakan semua proses dan produk pikiran untuk mencapai pengetahuan yang berupa aktivitas mental seperti mengingat, mensimbolkan, mengkategorikan, memecahkan masalah, menciptakan, berfantasi dan bergerak.

4. Musik dan Prilaku
Perbedaan selera ibadah antara orang tua dan kaum muda sangat dipengaruhi oleh pengalaman musiknya. Djohan menyebutkan bahwa pengalaman musik seseorang sangat berpengaruh dalam hidupnya dalam jangka waktu lama. Setiap pengalaman musik membawa manusia kepada sebuah evolusi kerja otak, yang mengembangkan / mempertajam kecendrungan-kecendrungan / potensi yang dimiliki oleh manusia, sehingga perkembangan itu diterima manusia (khususnya anak) sebagai sebuah lingkungan nyaman.
Beberapa ahli psikologi musik, seperti: Colwyn Trevarthen (1999), Hanus dan Mechtild Papousek (1996) menyatakan bahwa manusia (khususnya bayi) menunjukkan serangkaian prilaku “proto musikal” dalam interaksi mereka dengan orang-orang terdekat dengannya. Ia akan meniru “irama” dan “pitch”, dari suara yang mereka dengar. Proses peniruan / sinkronisasi vocal yang teratur ini akan melengkapi seseorang untuk sistem sensor, kinestetik dan visual. Semakin banyak rangsangan yang masuk melui indranya, maka sebanyak itulah data yang akan dia olah dan diterima sebagai dunia hidupnya.
Sebagai contoh, musik “odak-odak” dan “patam-patam” dalam budaya Karo akan mengekplorasi sebuah potensi sosial. Demikian halnya dengan musik-musik barat yang sring di dengar oleh anak kecil dan remaja, akan melahirkan potensi sosial yang terinternalisasi. Dalam kerangka ini, musik / nyanyian dan expressi seseorang adalah proses internalisasi (being with).
Dari aspek proto musikal, maka musik yang didengar secara teratur berfungsi sebagai domain yang dipilih dalam diri seseorang. Karena itu, jika suatu saat ia berhadapan dengan lingkungan musik yang baru di luar domainnya, maka hal itu dianggap “ribut”. (Bnd. pengalam Musa)
Tentu kita sadari bahwa ada perbedaan yang cukup besar antara musik yang dialami oleh orang tua sekarang dan kaum muda sekarang.

5. Peluang pengembangan Potensi Manusia Lewat Musik
Setelah mengetahui sekilas tentang cara kerja dan efek musik secara terhadap kognitif, motorik, afektif dan prilaku, maka gereja dapat memperhitungkan dengan sengaja efek-efek yang mau ditumbuhkan lewat pemilihan dan kemasan musik dalam ibadah.
Tugas kita ke depan adalah memperhitungkan aspek mana dalam ibadah yang perlu di internalisasi lewat nyanyian dan menjadi domain dalam kehidupan jemaat. Dengan demikian fungsi unsur dan struktur liturgi dapat menjadi lebih maksimal.

6. Musik dan Ibadah
Untuk menempatkan musik yang tepat dalam ibadah, maka kita perlu mengenal unsur-struktur liturgi dan tipologi jemaat, karena aspek-aspek ini memainkan peranan penting dalam penempatan, pemilihan dan pembawaannya dalam sebuah ibadah.

Unsur dan Struktur Liturgi (Sampel dalam Jesaya 6:1-8)

- Kesadaran akan Kemahabesaran Allah
- Kesadaran diri / pengenalan diri / pengakuan dosa
- Pengampunan dan pendamaian (absolution & reconciliation)
- Firman
- Respons; pengakuan iman, persembahan
- Tekad dan penyerahan diri (commitment & dedication)
- Pengutusan dan berkat




Dari informasi di atas, terlihat bahwa dasar dari segala ibadah adalah inisiatif Allah, dan manusia meresponsnya dalam urutan struktur yang dikristalisasi dalam pengalaman sejarah alkitab. Unsur ini memiliki dimensi pastoral, psikologi dan etik beribadah. Unsur ini jugalah yang akan memandu penempatan dan nuansa musikal dalam ibadah.
Fungsi thenis liturgio adalah memfasilitasi dan menciptakan saebuah suasana agar jemaat merasakan ia berada di hadapan Allah yang maha besar dan penuh kasih, dengan demikian jemaat akan mengenal dirinya di hadapan Allah dan memberi respon dengan penuh hormat. Kemasan elemen liturgi bukanlah sebuah upaya untuk menyenangkan jemaat. Tapi pertemuan yang benar dengan allah akan memberikan ketenangan itu sendiri.

7. Penempatan Nyanyian dalam Struktur Ibadah
Nyanyian dalam ibadah mengikuti alur liturgi dalam berbagai fungsi, seperti penguatan struktur, doa, proses internalisasi, dll. Selain itu, jenis nyanyian dalam ibadah juga mengikuti unsur liturgi, seperti nyanyian:
• Pujian – penyembahan (Praise / adoration). Nyanyian ini didasarkan atas kesadaran akan karya, kemahabesaran Allah.
• Pengakuan (Self awarenes / confession). Nyanyian ini merupakan pengakuan diri setelah bercermin pada kemahabesaran, karya / cinta Allah.
• Nyanyian berisikan pengmpunan dan pendamaian (Absolition / reconciliation). Dibeberapa tradisi gereja (seperti katolik dan anglikan), nyanyian ini dinyanyikan oleh Pastor.
• Nyanyian syukur atas pengampunan / penebusan dosa
• Nyanyian Respons; baik terhadap firman, nyanyian persembahan.
• Nyanyian permohonan (Kyrie). Nyanyian ini dikombinasi dengan doa-doa.
• Nyanyian tekat / penyerahan diri (commitment / dedication). Nyanyian ini berakar pada semangat pembaharuan setelah menerima pengampunan dan Firman yang menuntun manusia dalam menjalankan kehidupan.
• Aklamasi (amen, haleluya, gloria, dll)

8. Jenis Musik / Nyanyian dalam Tradisi Gereja

Mazmur (Psalm):
Dalam bahasa Inggrisnya "Psalm" dan dalam bahasa aslinya yaitu Yunani Psalmos adalah suatu musik yang merefleksikan kehidupan pemazmurnya, baik sukacita, dukacita, kebimbangan, pergumulan, maupun kemenangannya dalam Tuhan, artinya mazmur timbul dari Pengalaman Hidup Bersama TUHAN, cerminan pribadi dari sebuah hati milik Allah.

Kidung Pujian (Hymne)
berasal dari kata asli "Himnos" yaitu musik untuk beribadah dalam bait Allah. Berbeda dengan mazmur, kidung pujian adalah musik yang dibuat dan ditujukan langsung kepada Tuhan, menggambarkan sifat-sifat dan kebaikanNya. Kita dipanggil untuk memuji Dia sebagai pribadi dalam kebesaranNya! Inilah lagu yang timbul dari Pengenalan Seseorang Akan Tuhan.

Nyanyian Rohani (Spiritual Song):
berasal dari kata Yunani "Ode" yang berarti "tema rohani di dalam intonasi musik umum yang ada didunia." Inilah jenis musik Kristen yang ditujukan pada masyarakat umum untuk membawa pesan kebenaran dan terang Injil di luar lingkungan gereja.

9. Karakter Musik dan pemakaiannya dalam Rangkaian Liturgi
Rhytmical; menekankan rhytm, kepadatan dan variasi dalam 1 ketukan. Kepadatan dan variasi rhytm dalam tempo tempo dapat menstimulasi aktivitas yang menekankan sinkronis, ritme dan urutan dari pergerakan. Dengan bergerak ini juga meningkatkan kepekaan sensori, dan dengan kepekaan sensori ini juga meningkatkan perkiraan yang tepat terhadap ruang (spatial), arah dan waktu. Perkembangan dari struktur ini merupakan dasar dari berfungsinya efisiensi pada area lain, seperti kemampuan visual, auditif dan sentuhan. Musik jenis ini cendrung dipakai sebagai lagu-lagu untuk kebersamaan, punjian di pra ibadah, dll. Umumnya kombinasi rhytm dan tempo mempengaruhi gerak:
- Musik 1/8 untuk run / marathon ♪♪ ♪♪ ♪♪ ♪♪
- Musik ¼ untuk walk Walk ● ● ● ●
- Musik ½ untuk santai / Stride (langkah slow) ○ ○ ○ ○

Melodic; berfokus pada syair / peresapan kata yang di nyanyikan. Dalam ibadah, umumnya menggunakan kata-kata seperti: ku, aku, saya. Musik jenis ini menekankan ketenangan, penghayatan sehingga cendrung lamban. Komposisinya notasinya tidak terlalu rapat dan membutuhkan pernafasan panjang. Umumnya dinyanyikan dalam pengakuan dosa, permohonan-kyrie, syukur. Kombinasi lirk dan pernafasan panjang membantu jemaat dalam peresapan makna.

Harmonik; berpokus pada harmonisasi lagu. Musik Harmoni berfokus pada keragaman, variasi interval, tempo, dan dinamika. Komplikasinya menstimulasi perasaan kebersamaan dalam perbedaan, kreatifitas dalam perbedaan (fair). Kemampuan-kemampuan seperti ini makin dioptimalkan melalui stimulasi dengan memperdengarkan musik klasik.

10. Beberapa efek musik Gerejani
Ketika penempatan dan pemilihan musik menyatu dengan struktur liturgi, ia akan menjadi kekuatan yang multi fungsi:
- Musik rhytmical akan memberi semangat dan kesegaran fisik. Ketika jenis musik ini dimainkan dalam tempo 90-an dan nuansa riang, maka akan memacu naiknya tempo jantung dan meningkatnya antibody yang diproduksi lewat tulang punggung. Wajar saja, dalam ibadah-ibadah kontemporen, ada banyak orang merasa lebih segar setelah pulang beribadah.
- Musik melodic sangat membantu manusia dalam mengekpressikan perasaannya, baik kekaguman, cinta, ketertekanan, permohonan, dsb. Secara psikologi, orang yang dapat dengan wajar mengekpressikan perasaannya akan merasa lega.
- Kombinasi rhytm, melodi, dan harmoni dari musik klasik dapat merupakan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan belajar dan pengenalan emosi. Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali emosi perasaannya sendiri dan dapat mengendalikannya. Musik urak-urakan yang digemari anak muda adalah karena mereka tidak tahu proses pengenalan emosi dan bagaimana menciptakan self-musik melalui eenner self mereka. Ketika Orang mengenal inner self mereka, ia akan mencipta sendiri sesuatu yang berguna bagi mereka.
- Kemampuan membina hubungan bersosialisasi sama artinya dengan kemampuan mengelola emosi orang lain. Musik membantu manusia untuk mengerti orang lain dan memberikan kesempatan dalam pergaulan sosial dan perkembangan terhadap emosional mereka.
- Kemampuan untuk mengelola emosi orang lain sehingga tercipta keterampilan sosial yang tinggi dan membuat pergaulan seseorang menjadi lebih luas. Anak-anak dengan kemampuan ini cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul. Melalui belajar kelompok (group) dituntut untuk bekerjasama, mengerti orang lain.

11. Menciptakan Lagu Jemaat
Selain memahami liturgi dan kategori musik, kita juga perlu memperhatikan tipologi jemaat, seperti:
Kebutuhan Psikologis (Human Character)
- Extrovert
- Introvert

Kebutuhan Psikologis (Human Sensor)
- Visual
- Audio
- Kinestetik
- Digital

Dua cara mencipta lagu
Menyelesaikan melodi terlebih dahulu
- Tentukan nada-nada utama / mood karo, simlungun, toba, jawa, bali, cina, dll (4 atau 5 not)
- Tetapkan karakter dalam rhytme / style
- Tetapkan fungsi dan tempat nyanyian dalam kerangka liturgi
- Tetapkan thema nyanyian agar tetap berhubungan dengan fungsi dan tempatnya
- Tetapkan subject atau objec nyanyian (saya, kami, kita, mereka, kalian, dll)
- Cari teks Alkitab atau pengalaman pribadi yang kita amini dapat membangun orang lain

Menyelesaikan syair lebih dahulu (menerjemahkan perasaan dalam composisi)
- Pilih satu pengalaman rohani pribadi atau pengalaman orang lain yang dapat dijadikan pelajaran, atau pilih teks Alkitab
- Kumpulkan beberapa ide / pesan dalam setiap pengalaman
- Tentukan / batasi ide yang dainggab prioritas untuk di ketengahkan
- Pengalaman di balik lagu, sedapat mungkin menjangkau pengalana spiritual orang lain / jemaat (agar tidak asyik sendiri)
- Uraikan pengalaman tersebut dalam bait-bait dengan prinsip klimaks-anti klimaks
- Tentukan subjek atau objeknya
- Tentukan nada utama / mood (4 atau 5 not)
- Tetapkan karakter dalam rhytme / style
- Notasi lagu umumnya mengikuti kata benda atau keterangan tempat dalam sistem komposisi lagu



Think of space or situation (therapy musik)
- Cari pengalaman fisikal atau felling yang bias mewakili perasaan jemaat
- Temtukan mood dominant
- Kombinasikan kata yang berhubungan dengan perasaan, sifat dan gejala-gejala alamiah
- Karakter rhytme bisa lebih berfariasi

Kerangka kerja umum
- Displin dalam struktur
- Dapat memakai system persajakan (abab, aabb, aaaa, bbbb, abcd)
- Perlu mengembangan struktur dalam tahap pengulangan
- Jangan keluarkan semua koleksi nada dalam tahap awal
- Perkenalkan nada-nada baru dalam pengulangan
- Perkenalkan nada dan rhytme baru dalam klimaks
- Di akghiri dengan jembali kepada mood awal (relaksasi)
- Composisi tidak hanya sekedar pamer permainan notasi, tapi yang lebih penting adalah pergumulan, rasa, iman Persiapkan jalan untuk masuk ke bait berikutnya
- Perhatikan spiritnya, tidak hanya sekedar pamer notasi, tapi expressi rasa.
- Perhatikan space/ mood. Jangan terlalu banyak berjalan-jalan keluar rumah. Tapi hiasilah rumah yang sudah ada dengan indah/ beri variasi terhadap bentuk yang sudah ada. Jangan mengkombinasi karo, arab, spanyol, dll.

Umumnya musik di Indonesia tidak mengenal Dominant7 atau minor 7. Kebanyakan hanya mengenal Major dan Minor Chord, termasuk karo. Dominant 7 adalah chord active yang membangun tention / ketegangan dan meminta resolusi.

Chord yang menghasilkan ketegangan adalah Desonant (2nd, 4th, 7th), yang sangat membutuhkan resolusi ke Consonant (3th, Perfect 5th dan octave). Resolusi inilah yang membuat progression of music menjadi indah.
Kadang composer menciptakan jalan yang cukup manis dalam resolution, dengan menyembunyikan beberapa role yang umum, sehingga resolusinya segar. Secara psichology, reconsiliasi itu menyembuhkan.

12. Penutup
Berdasarkan wacana-wacana di atas, bahwa musik dapat mempengaruhi seseorang dalam aspek kognitif sekaligus keterampilan sosial emosional, maka selayaknyalah gereja bergumul lebih serius tentang pengembangan musik gerejani
Akhir kata, tulisan ini tidaklah merangkum semua hal untuk kebutuhan pengembangan musik gereja. Kita membutuhkan waktu dan keseriusan yang khusus, sehingga kita sebagai orang yang diberi Tuhan talenta dalam dunia musik akan mempersembahkan talenta kita kembali kepadanya dengan sepenuh hati. Kiranya wacana sederhana ini dapat mendorong kita untuk berkarya lebih baik. Tuhan si masu-masu kaita kerina. Bujur ras menjuah-juah.

Krismas Imanta Barus

Minggu, 25 Juli 2010

Pengertian Unsur-Unsur Liturgi

Pengertian Unsur-Unsur Liturgi
Unsur-Unsur Liturgi Ibas Alkitab
Ras Kinatana Ibas Gerejanta

A. Kata penaruh
Gereja la pernah terlepas arah ibadah. Erkiteken si e, perlu kal setiap pelayan memahami kerina aspek si ilakoken ibas rangka ibadah. Tulisen enda ibahan ibas rangka nampati para pelayan guna memahami unsur-unsur si lit ibas gerejanta, gelah makna ibadah banci terang ibas pelaksananna.
Perlu pe si bedaken antara unsur-unsur dasar (prinsip dasar ) liturgi, unsur tambahen bagepe aspek kemasan liturgi. Unsur / prisnip dasar eme benang merah libadah sijadi pondasi setiap liturgi. Janah kerina unsur tambahen ras aspek kemasen banci reh raturna adi unsur dasarna enggo iletakken alu payo.
Kinilangasupen membedaken usur dasar, tambahen ras aspek kemasen megati mabai gereja kubas penyusunen liturgi si lepak. Piah usur terjadi penyusunen liturgi si bobotna hanya sebagai tertib acara. Erkiteken sie, isehken kami segelintir informasi sibanci nampati kita ibas erbahan ras ndalanken liturgi alu mehuli.

1. Unsur Dasar Liturgi
Unsur dasar eme bagin si menjadi inti kebaktin si emiliki aspek etika ras pastoral ibas perjumpa ras Dibata. Unsur enda me simenuntun kita kubas tata krama / kehormaten sipayo ibas perjumpan ras Dibata gelah kebaktin e merekan ulih si si terarah. Unsur dasar berula-ulang ituduhken secara tersirat arah cerita Alkitab. Salah sada contohna ema Yesaya 6:1-8. Benang merahna, eme:
- Kesadaren nandangi kemulian, kebadian, kuasa ras keleng ate Dibata
- Kesadaren diri nandangi isi kin kita ilebe-lebe Dibata (pengakun diri, pengakun dosa, pengakun kinilatunggunen, pengakun kelemahen, rsd.
- Pengalemi dosa (penebusan, pendamaian)
- Kata dibata
- Respons; Pengakun kiniteken
- Tekad / pengendesen
- Pengutusen
- Pasu-pasu / Berkat

2. Unsur Tambahan Ibas Sejarah / situasi Gereja\
Unsur tambahen enda la sijumpai ibas Alkitab, tapi rikutken pergumulen gereja kedungenna itambahken guna nambahi kedalamen makna.
- Votum, Salam Introitus (iadopsi ibas tradisi kerajaan ras dunia pengadilen)
- Pengakun kiniteken
- Momo + Syafaat

3. Kemasen unsur-Unsur Liturgi
Aspek kemasen unsur liturgi cukup fariatif ibas masing masing gereja rikutken jaman / situasina gereja. Aspek kemasen enda iperluken guna proses internalisasi rikutken kecibal perpulungen gelah setiap unsur baci icerna, iantusi / ihidupi lebih mendalam.
- Bahasa / komunikasi; pengogen naratif, Responsoria, antiphonal, Puisi (aspek Audio)
- Drama, prosessi (aspek Audio-Visual)
- Musik / ende-enden (aspek audio-kinestetik)
- Simbol / gambar / ruang (aspek Visual / custic)
- Gerak / gesture (aspek Kinestetik)
- Khotbah (aspek audio, Digital)

B. Penjelasen Unsur-Unsur Liturgi
1. Introitus
Introitus ertina jalan masuk. Ibas praktekna, introitus eme “ende-enden masuk” / “nyanyian masuk” si endeken perpulungen ope denga Votum - Salam. Ende-enden enda merupaken puji-pujin. Biasana i endeken alu bentuk gloria (bnd. Lagu “Hormat Bagi Allah Bapa). Ende-enden enda banci ibenaken alu ngoge pustaka, banci ka pe tanpa pengogen. Ibas gereja kuni, Introitus i endeken janah perpulungen bengket ku ruang kebaktin dingen i iringi paduan suara.
Erkiteken proses sejarah, bagin enda kedungenna icibalken gereja kenca Votum – Salam ibas bentuk pengogen si berhubungen ras thema kebaktin. Ibas gerejanta, Introitus enda ibahan jadi teks pembuka si berhubungen ras thema kebaktin.

2. Votum
Kata votum ertina dasar. Ijenda Votus berati sada pernyatan entah pe ungkapen kiniteken si jadi palas kebaktin. Selaku pernyataan / ungkapen kiniteken, maka Votum i ogeken alu hikmat. Erkiteken si e, Votum labo pertoton. Ema perpulungen labo perlu tungkuk ras tutup mata /pipit sanga pembacan Votum

3. Salam
Salam eme sebuah “sapaan”. Salam labo pertoton entah pe pasu-pasu, erkiteken si e, perpulungen labo perlu ibahan ibas sikab ertoto; tungkuk ras tutup tupung Salam iogeken. Simbabai kebaktin pe labo perlu ngangkat tan (bagi nehken pasu-pasu)
Lit piga-piga bentuk salam. Salam banci ibas bentuk responsoria entah pe ialoi alu melasken kata “amin”, entah pe i ngendeken “amin”.
Erkiteken salam eme bentuk tegur sapa, emaka perlu kal kita hati-hati ibas memodifikasi Votum ras Salam gelah fungsina ula berobah jadi pengogen informatoris, entah pe salam si “la gayung bersambut” bagi siterjadi ibas piga-piga bentuk liturgi si ibahan kita ibas natal, tah pe kebaktin-kebaktin sidebanna.

4. Pengakun Dosa
Pengakun dosa eme ulih kesadaren diri / pengenalen diri erkiteken kita jumpa ras Dibata si badia, si enggo nepa kita seri ras tempasna, si nepa kita guna tujun khusus. Pengakun dosa eme pertoton si palasken kubas kinilangasupenta ibas nggeluhken geluhta sue ras tempas Dibata, kinilangasupenta ndalanken sura-sura dibata.
Pengakun dosa enda banci ibahan ibas bentuk pertoton pribadi entah pe bersama, ende-enden entah pe responsoris.
Pengakun dosa ibenaken sada pengkondisian si mabai kita kubas kesadaren maka kita enda terbatas, erdosa, kurang tutus, rsd. Pengkondisin enda banci ibahan ibas erbage-bage metode, umpamana bentuk ogen / narasi refleksif, penungkunen refleksif, puisi, rsd.

5. Berita Pengalemi dosa
Kenca pengakun dosa, maka tuhan erkelang-kelangken serayanNa nehken berita pengalemi Dosa si umputi alu berita / pendilo geleh nggeluh ibas kegeluhen si mbaru. Ertina, kenca manusia i alemi Dibata, manusia arus nuduhken penyesalenna ras perobahen geluhna alu nadalanken kegeluhen si mbaru ibas kegeluhen si teptep wari.
Berita pengalemi dosa enda me si naruhken perpulungen kubas kengasupen megi kata Dibata / berkomunikasi ras Dibata. Sebab kalak si la i alemi / la erdame ras Dibata labo ngasup megiken kata Dibata ras ndalanken kata Dibata (Bnd. Jesaya 6:8).


6. Pengogen Pustaka Sipemena
 Gereja mula-mula ngogeken Pustaka arah Padan Simbaru ras Padan si Ndekah guna nuduhken kiniersadan duana bagin enda man perpulungen. Pengogen enda idungi alu melasken kata Pustaka; "Ketuahen kalak si megiken Kata Dibata dingen sindalankensa ibas geluhna, Haleluya”. Kata enda i aloi perpulunge alu ngendeken Haleluya (Terpuji¬lah Tuhan).
 Ibas minggu-minggu Advent ras minggu Passion;Haleluya iganti alu Hosiana (Tuhan selamatken min kami).
 Perlu si catat, maka “gloria” labo pernah itempatken sejarah gereja kenca dung pengogen sipemena, sebab fungsina eme nuduhken kehamaten man Dibata sijadi palas kebaktin (Bnd. Gloria = Hormat bagi Allah Bapa).

7. Khotbah
 Kenca pengogen si pemena, i umputi alu khotbah, erkiteken duana memiliki hubungen si erat. Ibas tradisi gereja, la semal i tamaken unsur tambahen kelang-kelang pengogen ras khotbah, umpana koor, vocal group, deklamasi, rsd. Pengalamenta piga-piga tahun belakangen enda, megati kal hubungen ogen si pemena ras khotbah terganggu alu koor-koor si temana pe la ka sendalanen ras pengogen tah pe khotbah. Idealna, labo perlu unsur tambahen kelang-kelang pengogen ras khotbah.
 Kotbah merupakan penjelasan Kata Dibata, emaka bahasana perlu merakyat, ilmiah tapi sederhana, menyentuh pengalamen kegeluhen, pengalamen emosional, gelah maba perobahen.

8. Pengakun Kiniteken
 Pengakun kiniteken pada dasarna ema jawaken kiniteken kalak kristen nandangi Dibata / Kata Dibata
 Piga-piga situasi sejarah pernah mempengaruhi dasar penggunan Pengakun kiniteken ibas kebaktin.
 Pengakun kiniteken bena-benana ipake guna nangkis ajaren “gnostik” si menyangkal “ketritunggalan Dibata”.
 Ibas gereja kuno; pengakun kiniteken = Credo; ertina Aku Tek ........ Tupung si e, gereja-gereja kuno menaken pengakun kiniteken alu kata Yesus eme Tuhan (bnd. Sahadat). Ibas paksa si e, kaisar menganggab dirina selaku dibata. Ise la nembah kaisar, banci i ukum mate. Emaka, pengakun kiniteken eme subuah sahadat si mempertaruhken nyawa. Labo sekedar penyangkalen nandangi ajaren gnostik.
 Ibas piga-piga denominasi, ingan pengakun kiniteken berbeda-beda, tergantung kubas konsep teologiana nandangi unsur-unsur liturgi.
 Ibas pengkun kiniteken, sikab perpulungen arusna tedis tegak, labo ertoto.
 Pengakun kiniteken banci ibelasken, banci ka pe i endeken ras-ras.

9. Persembahen
 Persembahen eme tanda pengataken bujur / meriah ukur ibas perbahanen / keleng ate Dibata. Bentukna cukup bervariasi; lit ibahan ibas bentuk sen, ulih juma, rsd.
 Cibal persembahen enda cukup bervariasi ibas piga-piga gereja; lit si ndalankensa ope khotbah, lit ka kenca khotbah.
 Kata penaruh kubas persembahen berbentuk bimbingen ras ajaken man perpulungen gelah mere alu pengertin si payo dingen ukur meriah. Ibas Alkitab, bimbingen enda isesuaiken rikut situasi pendahin perpulungen. Emaka banci saja idarami teks Alkitab si tepat ras imodifikasi bahasana alu payo menurut pengertin inti teks (umpamana 2 Korintus 9 : 7; Tawarikh 29: 14; Kisah Rasul 20: 35; Ibrani 13: 15 – 16; Mazmur 96: 8; rsd).
 Pertoton persembahen la perlu panjang lebar entah pe jadi syafaat.

10. Doa Syafaat
 Ibas tradisi gereja, syafaat eme notoken kalak sideban / mindo penampat man Dibata guna kalak sideban. Pertoton guna keperlun pribadi itempatken ibas bagi si deban si iumputi alu ende-enden Kyrie= Tuhan kelengilah. Tapi ibas praktekna syafaat pe megati ipake guna notoken diri sendiri.
 Cibat pertoton enda ibas liturgi cukup erbage-bage; lit si namakensa ope denga pengogen, entah pe ope khotbah. Janah lit si nempatkensa kenca khotbah. Ibas gerejanta ibahan kenca dung kolekte. Erkiteken fungsina notoken kalak si deban, maka syafaat lebih baik itempatken kenca khotbah erkiteken pembaharuan kinitekenta arah kata Dibata nampati kita guna ngukurken simehuli guna kalak sideban bagepeman dirinta sendiri.
 Ibas tradisi gereja, Pertoton Tuhan pe termasuk ibas golongen doa syafaat. Emaka lit piga-piga gereja nempatken Pertoton Tuhan ope denga khotbah, lit ka pe kenca khotbah, tapi la jadi pertoton pendungi kebaktin.

11. Tekad – Pengendesen diri (Commitment –Dedication)
- Tekad eme respons perpulungen ndangi kata ras pendilo Dibata. Pendilo Dibata menuntut respons. Bagin enda malala masap ibas liturgi-liturgi gereja.
- Tekad enda banci ikemas ibas bentuk responsoria, pertoton, ende-enden, rsd.

12. Pengutusen
- Pengutusen eme bagin si cukup penting ibas unsur liturgi (Misseo), sebab perjumpan manusia ras Dibata selalu ibarengi oleh sebuah missi ”jadi sira ras terang” man doni enda. Pengutusen enda me si mendasari berkat / pasu-pasu, sebab kalak si iutus Dibata nge ilengkapina alu pasu-pasuna.
- Ibas gerejanta, kurang kal aspek missi / pengutusen. Si enda teridah arah kata: ..mulihlah alu dame ras mejua-juah, ……..”Seharusna pengutusen ibenai alu kata: lawelah, beritaken ……….. Aku ras kam se ku kedungen jaman (pergilah, beritakan ……… Aku menyertai engkau ……)

13. Pemasu-masun / Berkat
 Pasu-pasu eme pemere Dibata guna ngelengkapi manusia ibas tugas dahin si iendeskenna man manusia (Bnd. Kej. 1:28). Pasu-pasu Dibata lit ibas kata kerja – kalimat perintah. Pasu-pasu eme energi potensian / energi siberfungsi dalam gerak, labo jadi jile-jile apalagi bonus tanpa makna.

C. Penjelasen Kerna Aspek Kemasen / pendukung
Aspek kemasen ibutuhken dalam rangka menyentuh kebutuhen psikologis / tipologi perpulungen si akan memperdalam pemaknaan / pengertiina sehmaka pesan-pesan teologis ibadah banci iseberangken secara lebih efektif (aspek Audio, Visual, Kinestetis, Digital)
1. Aspek Audio muncul ibas kemasen bahasa / komunikasi, informasi informasi si banci ipahami pepulungen alu efektif, si menciptaken perasan terlibat sebagai pemilik ibadah. Umpamana; pengogen naratif, Responsoria, antiphonal, puisi, khotbah, ende-enden, musik instrument, rsd
- Aspek Visual, eme aspek si banci menjangkau pengidah perpulungen, umpamana: Drama, prosessi, simbol, gambar, warna, tata ruang, rsd.
- Aspek Kinestetik, eme aspek si menyangkut gerak si menjembatani expkspresi perpulungen, umpamana; gerak, tedis kundul, salam, landek, erjimpuh, rsd..
- Aspek Digital, eme aspek si menyentuk pengembangan akal budi si ikemas ibas alur acara si sitematis, khotbah si sistematis, informasi si membuka wacana baru, rsd.

Ende-Enden Jemaat
- Ende-enden jemaat itempatken ras i pilih menurut unsur ras struktur liturgi. Fungsina guna mpegegehi sitiap unsur liturgi. Ibas piga-piga dampar, ende-enden lebih efektif menyeberangken ide entah pe menyentuh pengertin ras perasaan asangken pengogen.
- Secara umum lit 3 kategori ende-enden, eme: Mazmur, Hymne, Nyanyian rohani.
- Fungsina ibas struktur liturgi eme; penyembahen / pengagungan, puji-pujin man Dibata, pengakun dosa / penyesalen, ngataken bujur ibas pengalemi dosa, tekad, pengendessen, kesaksin, pengajaren, pertoton, rsd.
- Gelah ende-enden banci jadi sarane expressi pusuh perpulungen, maka perlu lit wadah guna ngelatih perpulungen gelah rende alu pusuh, ukur ras kula, sebab ende-enden si mehuli reh ibas totalitas dirinta nari.

Paduan Suara Gereja
 Paduan suara berfungsi guna memandu, nampati perpulungen ibas ngungkapken penggejapenna alu payo, janah jiwa lagu muncul alu payo. Umumna lagu-lagu produk Eropah memiliki kekuaten / jiwa lagu ibas kombinasi kata ras harmony. Erkiteken la kerina perpulungen ngasup rende ibas bentuk harmony, maka fungsi Paduan suara eme memunculken jiwa setiap lagu alu mereken harmonisasi si payo. Fungsi enda agak mirip ras fungsi organis.
 Untuk lagu si kekuatenna ibas rhytmic, ibutuhken pemusik si trampil ibas bidang iringen rhitmical.
 Tradisi Calvinis la nandai fungsi entertainmen / hiburen paduan suara apalagi jadi daftar absen ibas kebaktin pemasu-masun. Emaka, ingan paduan suara / pemusik iatur tersendiri gelah la mencuri perhatian jemaat / berobah fungsi jadi arena hiburen.

Pertoton Konsistorium
 Pertoton konsistorium eme pertoton i ruang persikapen; guna menaken kebaktin ras ndungi kebaktin. Fungsi pertoton konsistorium labo seri ras syafaat entah pe pertoton umum.
 Pertoton persikapen eme pengendesen gelah totalitas kebaktin e ipimpin Tuhan, subuk liturgis, pelayan Firman, paduan suara, pemusik, tehnisi, perpulungen, rsd.
 Pertoton penutup i konsistori eme pengataken bujur ibas erdalanna kebaktin alu mehuli, ibas team pelayan ipake Tuhan jadi alatNa guna ngelai perpulungen. Lanai perlu ije pertoton pengakun ras mindo pengalemi dosa, sebab enggo ibahan ibas struktur liturgi.

D. Penutup
Calvin cukup serius njaga struktur liturgi enda. Erpalasken struktur si enggo ituduhken man banta, maka lit piga-piga unsur li la bengket liturgi ibas piga-piga jenis liturginta. Maun-maun la lit unsur kesadaren nandangi kehadiren Dibata, kesadaren diri, pengakun ras pengalemi dosa, perdamen / rekonsiliasi, tekad bage pengutusen.
Banci jadi kebanyaken unsur enda lit bas liturgi tertentu, tapi la lengkap janah la ikemas alu serius. Mbera informasi enda mabai kita kubas pergumulen si lebih serius guna peningkaten kualitas kebaktinta.


Pdt. Krismas Imanta Barus