Senin, 26 Juli 2010

MUSIK DALAM IBADAH

1. Pengantar
Dari sekian banyak kegiatan dalam ibadah, musik (instrument dan vocal) merupakan suatu kegiatan yang cukup banyak paling banyak dalam persekutuan Kristen. Selain media expressi, pengajaran, doa, dll, bahkan musik mampu menyentuh manusia ketika bahasa biasa tidak mampu menyentuh manusia. Namun dalam beberapa konsultasi musik dan liturgi di Indonesia ditemui beberapa kesan dari gereja-gereja tentang musik sbb:
- Ada perbedaan kebutuhan musikal antara orang tua dan kaum muda dalam ibadah
- Ada perbedaan kebutuhan musikal antara jemaat desa dan kota
- Musik dan litrugi yang telah dipelihara gereja turun-temurun tidak sepenuhnya menjawab kebutuhan jemaat yang heterogen.
- Banyak gereja memonumenkan nyanyian sehingga tidak berkembang
- Banyak gereja yang merelatifkan penggunaan musik gereja sehingga terjadi keragaman yang membingungkan jemaat
- Kurangnya gereja memberi tempat bagi diskusi-diskusi pembahasan musik yang serius dalam pertemuan-pertemuan gerejani
- Kurangnya upaya kontekstualisasi musik; dll

Keterangan ini bahkan bukan hanya kesan, tapi memang sebagai sebuah kenyataan. Melihat dan menyadari hal ini, ditemukan beberapa aksi gereja, seperti:
- Sikap tertutup / membatasi diri terhadap sesuatu di luar tradisi / kebiasaan.
- Sikap reaktif (membuat tandingan) terhadap aliran kontemporer
- Sikap Ada gereja yang semakin yang menanggapinya dengan sedikit reaktif dan melakukan perobahan instant system mengcopy atau mengabdi pada permintaan pasar
- Sikap tanggap / hati-hati; serius dan terarah. Mengamati buah, mencari akar masalah dan meramu jalan keluar.

Semua sikap ini tergantung pada sistem pengajaran dan konsep teologi gereja tentang ibadah dan sistem sosialisasi gereja kepada jemaat atau bidang-bidang tertentu yang berkaitan dengan ibadah dan musik. Perlu kita ketahui bahwa ibadah adalah penampakan pandangan teologi sebuah gereja. Wajar saja, gereja-gereja yang berbeda sistem pengajaran, memiliki perbedaan pendekatan / strategi dalam pelaksanaan dan pembaharuan ibadahnya.

Dalam perkembangan gereja-gereja kontemporer, peranan musik cukup mendapat tempat dalam kemasan ibadahnya. Bahkan dibeberapa gereja, disebut dengan istilah ibadah pujian, dimana unsur-unsur liturgi dikemas dalam bentuk musik dan nyanyian. Tidak bisa dipungkiri, hasilnya cukup menarik minat banyak orang. Hal ini menjadi tantangan bagi gereja-gereja main stream namun sekaligus mejadi peluang, dimana kita mengetahui ada kerinduan jemaat yang menjadi jalan masuk pelayanan gereja lewat ibadah. Namun pembaharuan ibadah itu harus didasarkan pada pengertian dan skill yang benar, agar tidak mengabdi pada permintaan pasar semata.
Yang jelas, bahwa manusia termasuk gereja tidak mungkin terlepas dari musik. Yang kurang jelas adalah bagaimana kita menempatkan musik itu dalam ibadah sehingga memiliki efektifitas yang baik. Apakah musik harus mengikuti atau menolak arus jaman? Apakah dasar berpijak kita untuk mengembangkan, memperbaiki atau mempertahankan musik dalam ibadah gereja? Tentunya, masih banyak pertanyaan yang boleh kita ajukan seputar musik dan penggunaannya dalam ibadah. Untuk itulah, dalam bagian berikut ini, kita akan menjelajahi beberapa aspek musik dalam korelasinya dengan ibadah, prikologi dan prilaku, yang akan membantu kita dalam pengembangan ibadah.

2. Fungsi Musik secara umum
Musik memiliki beberapa fungsi seperti:
• Bahasa atau alat komunikasi yang sangat berkaitan erat dengan jaman / budaya dan lingkungan sekitarnya
• Media expressi manusia
• Media pengajaran, stimulasi terhadap aspek kognitif, motorik dan afektif.

3. Fungsi Musik dalam Ibadah
- Musik sebagai liturgi (unsur dari ibadah itu sendiri); pujian, pewartaan, perenungan, syukur, permohonan, persembahan, tekad, penyerahan diri / pernyataan iman, dsb
- Musik mempersatukan team penyanyi, jemaat juga jemaat dan penyanyi; baik pada permulaan / cinditioning, menyambut firman, komitment, dll.
- Musik menyertai ibadah (latar belakang pendukung terciptanya suasana hikmat); waktu pembukaan, saat teduh-pengakuan dosa, perjamuan kudus, dll
- Musik memperindah ibadah; sebagai pendukung untuk baiknya pelaksanaan nyanyian.

4. Psikologi dan Musik
Musik dapat meningkatkan aspek kognitif, motorik dan afiektif manusia. Di antara sel-sel (neuron) otak manusia ada jarak/ pemisah. Sel (neuron) yang tidak bersentuhan ini berkomunikasi dengan rangsangan elektric dengan kecepatan tertentu. Musik dapat memberikan rangsangan-rangsangan yang kaya untuk segala aspek perkembangan secara kognitif dan kecerdasan emosional (EQ). Roger Sperry dan Herry Chunagi penemu teori Neuron mengatakan bahwa neuron baru akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik sehingga neuron yang terpisah-pisah itu bertautan dan mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak, sehingga terjadi perpautan antara neuron otak kanan dan otak kiri itu.
Musik membantu manusia (khususnya anak) untuk menangkap hubungan antara waktu, jarak dan urutan (rangkaian) yang merupakan keterampilan yang dibutuhkan untuk kecakapan dalam logika berpikir, matematika, bahasa dan penyelesaian masalah.
Cara kerja otak manusia: jika ada sel-sel otak yang tidak dipakai, maka sel itu akan dibuang, sehingga kemampuan manusia yang berhubungan dengan sel yang telah dibuang itu sangat –sangat sulit untuk di kembangkan.
Secara fisik, indra pendengaran merupakan perkembangan yang pertama dari kelima indra yang bisa distimuli untuk meningkatkan perkembangan fungsi otak manusia. Kognitif merupakan semua proses dan produk pikiran untuk mencapai pengetahuan yang berupa aktivitas mental seperti mengingat, mensimbolkan, mengkategorikan, memecahkan masalah, menciptakan, berfantasi dan bergerak.

4. Musik dan Prilaku
Perbedaan selera ibadah antara orang tua dan kaum muda sangat dipengaruhi oleh pengalaman musiknya. Djohan menyebutkan bahwa pengalaman musik seseorang sangat berpengaruh dalam hidupnya dalam jangka waktu lama. Setiap pengalaman musik membawa manusia kepada sebuah evolusi kerja otak, yang mengembangkan / mempertajam kecendrungan-kecendrungan / potensi yang dimiliki oleh manusia, sehingga perkembangan itu diterima manusia (khususnya anak) sebagai sebuah lingkungan nyaman.
Beberapa ahli psikologi musik, seperti: Colwyn Trevarthen (1999), Hanus dan Mechtild Papousek (1996) menyatakan bahwa manusia (khususnya bayi) menunjukkan serangkaian prilaku “proto musikal” dalam interaksi mereka dengan orang-orang terdekat dengannya. Ia akan meniru “irama” dan “pitch”, dari suara yang mereka dengar. Proses peniruan / sinkronisasi vocal yang teratur ini akan melengkapi seseorang untuk sistem sensor, kinestetik dan visual. Semakin banyak rangsangan yang masuk melui indranya, maka sebanyak itulah data yang akan dia olah dan diterima sebagai dunia hidupnya.
Sebagai contoh, musik “odak-odak” dan “patam-patam” dalam budaya Karo akan mengekplorasi sebuah potensi sosial. Demikian halnya dengan musik-musik barat yang sring di dengar oleh anak kecil dan remaja, akan melahirkan potensi sosial yang terinternalisasi. Dalam kerangka ini, musik / nyanyian dan expressi seseorang adalah proses internalisasi (being with).
Dari aspek proto musikal, maka musik yang didengar secara teratur berfungsi sebagai domain yang dipilih dalam diri seseorang. Karena itu, jika suatu saat ia berhadapan dengan lingkungan musik yang baru di luar domainnya, maka hal itu dianggap “ribut”. (Bnd. pengalam Musa)
Tentu kita sadari bahwa ada perbedaan yang cukup besar antara musik yang dialami oleh orang tua sekarang dan kaum muda sekarang.

5. Peluang pengembangan Potensi Manusia Lewat Musik
Setelah mengetahui sekilas tentang cara kerja dan efek musik secara terhadap kognitif, motorik, afektif dan prilaku, maka gereja dapat memperhitungkan dengan sengaja efek-efek yang mau ditumbuhkan lewat pemilihan dan kemasan musik dalam ibadah.
Tugas kita ke depan adalah memperhitungkan aspek mana dalam ibadah yang perlu di internalisasi lewat nyanyian dan menjadi domain dalam kehidupan jemaat. Dengan demikian fungsi unsur dan struktur liturgi dapat menjadi lebih maksimal.

6. Musik dan Ibadah
Untuk menempatkan musik yang tepat dalam ibadah, maka kita perlu mengenal unsur-struktur liturgi dan tipologi jemaat, karena aspek-aspek ini memainkan peranan penting dalam penempatan, pemilihan dan pembawaannya dalam sebuah ibadah.

Unsur dan Struktur Liturgi (Sampel dalam Jesaya 6:1-8)

- Kesadaran akan Kemahabesaran Allah
- Kesadaran diri / pengenalan diri / pengakuan dosa
- Pengampunan dan pendamaian (absolution & reconciliation)
- Firman
- Respons; pengakuan iman, persembahan
- Tekad dan penyerahan diri (commitment & dedication)
- Pengutusan dan berkat




Dari informasi di atas, terlihat bahwa dasar dari segala ibadah adalah inisiatif Allah, dan manusia meresponsnya dalam urutan struktur yang dikristalisasi dalam pengalaman sejarah alkitab. Unsur ini memiliki dimensi pastoral, psikologi dan etik beribadah. Unsur ini jugalah yang akan memandu penempatan dan nuansa musikal dalam ibadah.
Fungsi thenis liturgio adalah memfasilitasi dan menciptakan saebuah suasana agar jemaat merasakan ia berada di hadapan Allah yang maha besar dan penuh kasih, dengan demikian jemaat akan mengenal dirinya di hadapan Allah dan memberi respon dengan penuh hormat. Kemasan elemen liturgi bukanlah sebuah upaya untuk menyenangkan jemaat. Tapi pertemuan yang benar dengan allah akan memberikan ketenangan itu sendiri.

7. Penempatan Nyanyian dalam Struktur Ibadah
Nyanyian dalam ibadah mengikuti alur liturgi dalam berbagai fungsi, seperti penguatan struktur, doa, proses internalisasi, dll. Selain itu, jenis nyanyian dalam ibadah juga mengikuti unsur liturgi, seperti nyanyian:
• Pujian – penyembahan (Praise / adoration). Nyanyian ini didasarkan atas kesadaran akan karya, kemahabesaran Allah.
• Pengakuan (Self awarenes / confession). Nyanyian ini merupakan pengakuan diri setelah bercermin pada kemahabesaran, karya / cinta Allah.
• Nyanyian berisikan pengmpunan dan pendamaian (Absolition / reconciliation). Dibeberapa tradisi gereja (seperti katolik dan anglikan), nyanyian ini dinyanyikan oleh Pastor.
• Nyanyian syukur atas pengampunan / penebusan dosa
• Nyanyian Respons; baik terhadap firman, nyanyian persembahan.
• Nyanyian permohonan (Kyrie). Nyanyian ini dikombinasi dengan doa-doa.
• Nyanyian tekat / penyerahan diri (commitment / dedication). Nyanyian ini berakar pada semangat pembaharuan setelah menerima pengampunan dan Firman yang menuntun manusia dalam menjalankan kehidupan.
• Aklamasi (amen, haleluya, gloria, dll)

8. Jenis Musik / Nyanyian dalam Tradisi Gereja

Mazmur (Psalm):
Dalam bahasa Inggrisnya "Psalm" dan dalam bahasa aslinya yaitu Yunani Psalmos adalah suatu musik yang merefleksikan kehidupan pemazmurnya, baik sukacita, dukacita, kebimbangan, pergumulan, maupun kemenangannya dalam Tuhan, artinya mazmur timbul dari Pengalaman Hidup Bersama TUHAN, cerminan pribadi dari sebuah hati milik Allah.

Kidung Pujian (Hymne)
berasal dari kata asli "Himnos" yaitu musik untuk beribadah dalam bait Allah. Berbeda dengan mazmur, kidung pujian adalah musik yang dibuat dan ditujukan langsung kepada Tuhan, menggambarkan sifat-sifat dan kebaikanNya. Kita dipanggil untuk memuji Dia sebagai pribadi dalam kebesaranNya! Inilah lagu yang timbul dari Pengenalan Seseorang Akan Tuhan.

Nyanyian Rohani (Spiritual Song):
berasal dari kata Yunani "Ode" yang berarti "tema rohani di dalam intonasi musik umum yang ada didunia." Inilah jenis musik Kristen yang ditujukan pada masyarakat umum untuk membawa pesan kebenaran dan terang Injil di luar lingkungan gereja.

9. Karakter Musik dan pemakaiannya dalam Rangkaian Liturgi
Rhytmical; menekankan rhytm, kepadatan dan variasi dalam 1 ketukan. Kepadatan dan variasi rhytm dalam tempo tempo dapat menstimulasi aktivitas yang menekankan sinkronis, ritme dan urutan dari pergerakan. Dengan bergerak ini juga meningkatkan kepekaan sensori, dan dengan kepekaan sensori ini juga meningkatkan perkiraan yang tepat terhadap ruang (spatial), arah dan waktu. Perkembangan dari struktur ini merupakan dasar dari berfungsinya efisiensi pada area lain, seperti kemampuan visual, auditif dan sentuhan. Musik jenis ini cendrung dipakai sebagai lagu-lagu untuk kebersamaan, punjian di pra ibadah, dll. Umumnya kombinasi rhytm dan tempo mempengaruhi gerak:
- Musik 1/8 untuk run / marathon ♪♪ ♪♪ ♪♪ ♪♪
- Musik ¼ untuk walk Walk ● ● ● ●
- Musik ½ untuk santai / Stride (langkah slow) ○ ○ ○ ○

Melodic; berfokus pada syair / peresapan kata yang di nyanyikan. Dalam ibadah, umumnya menggunakan kata-kata seperti: ku, aku, saya. Musik jenis ini menekankan ketenangan, penghayatan sehingga cendrung lamban. Komposisinya notasinya tidak terlalu rapat dan membutuhkan pernafasan panjang. Umumnya dinyanyikan dalam pengakuan dosa, permohonan-kyrie, syukur. Kombinasi lirk dan pernafasan panjang membantu jemaat dalam peresapan makna.

Harmonik; berpokus pada harmonisasi lagu. Musik Harmoni berfokus pada keragaman, variasi interval, tempo, dan dinamika. Komplikasinya menstimulasi perasaan kebersamaan dalam perbedaan, kreatifitas dalam perbedaan (fair). Kemampuan-kemampuan seperti ini makin dioptimalkan melalui stimulasi dengan memperdengarkan musik klasik.

10. Beberapa efek musik Gerejani
Ketika penempatan dan pemilihan musik menyatu dengan struktur liturgi, ia akan menjadi kekuatan yang multi fungsi:
- Musik rhytmical akan memberi semangat dan kesegaran fisik. Ketika jenis musik ini dimainkan dalam tempo 90-an dan nuansa riang, maka akan memacu naiknya tempo jantung dan meningkatnya antibody yang diproduksi lewat tulang punggung. Wajar saja, dalam ibadah-ibadah kontemporen, ada banyak orang merasa lebih segar setelah pulang beribadah.
- Musik melodic sangat membantu manusia dalam mengekpressikan perasaannya, baik kekaguman, cinta, ketertekanan, permohonan, dsb. Secara psikologi, orang yang dapat dengan wajar mengekpressikan perasaannya akan merasa lega.
- Kombinasi rhytm, melodi, dan harmoni dari musik klasik dapat merupakan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan belajar dan pengenalan emosi. Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali emosi perasaannya sendiri dan dapat mengendalikannya. Musik urak-urakan yang digemari anak muda adalah karena mereka tidak tahu proses pengenalan emosi dan bagaimana menciptakan self-musik melalui eenner self mereka. Ketika Orang mengenal inner self mereka, ia akan mencipta sendiri sesuatu yang berguna bagi mereka.
- Kemampuan membina hubungan bersosialisasi sama artinya dengan kemampuan mengelola emosi orang lain. Musik membantu manusia untuk mengerti orang lain dan memberikan kesempatan dalam pergaulan sosial dan perkembangan terhadap emosional mereka.
- Kemampuan untuk mengelola emosi orang lain sehingga tercipta keterampilan sosial yang tinggi dan membuat pergaulan seseorang menjadi lebih luas. Anak-anak dengan kemampuan ini cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul. Melalui belajar kelompok (group) dituntut untuk bekerjasama, mengerti orang lain.

11. Menciptakan Lagu Jemaat
Selain memahami liturgi dan kategori musik, kita juga perlu memperhatikan tipologi jemaat, seperti:
Kebutuhan Psikologis (Human Character)
- Extrovert
- Introvert

Kebutuhan Psikologis (Human Sensor)
- Visual
- Audio
- Kinestetik
- Digital

Dua cara mencipta lagu
Menyelesaikan melodi terlebih dahulu
- Tentukan nada-nada utama / mood karo, simlungun, toba, jawa, bali, cina, dll (4 atau 5 not)
- Tetapkan karakter dalam rhytme / style
- Tetapkan fungsi dan tempat nyanyian dalam kerangka liturgi
- Tetapkan thema nyanyian agar tetap berhubungan dengan fungsi dan tempatnya
- Tetapkan subject atau objec nyanyian (saya, kami, kita, mereka, kalian, dll)
- Cari teks Alkitab atau pengalaman pribadi yang kita amini dapat membangun orang lain

Menyelesaikan syair lebih dahulu (menerjemahkan perasaan dalam composisi)
- Pilih satu pengalaman rohani pribadi atau pengalaman orang lain yang dapat dijadikan pelajaran, atau pilih teks Alkitab
- Kumpulkan beberapa ide / pesan dalam setiap pengalaman
- Tentukan / batasi ide yang dainggab prioritas untuk di ketengahkan
- Pengalaman di balik lagu, sedapat mungkin menjangkau pengalana spiritual orang lain / jemaat (agar tidak asyik sendiri)
- Uraikan pengalaman tersebut dalam bait-bait dengan prinsip klimaks-anti klimaks
- Tentukan subjek atau objeknya
- Tentukan nada utama / mood (4 atau 5 not)
- Tetapkan karakter dalam rhytme / style
- Notasi lagu umumnya mengikuti kata benda atau keterangan tempat dalam sistem komposisi lagu



Think of space or situation (therapy musik)
- Cari pengalaman fisikal atau felling yang bias mewakili perasaan jemaat
- Temtukan mood dominant
- Kombinasikan kata yang berhubungan dengan perasaan, sifat dan gejala-gejala alamiah
- Karakter rhytme bisa lebih berfariasi

Kerangka kerja umum
- Displin dalam struktur
- Dapat memakai system persajakan (abab, aabb, aaaa, bbbb, abcd)
- Perlu mengembangan struktur dalam tahap pengulangan
- Jangan keluarkan semua koleksi nada dalam tahap awal
- Perkenalkan nada-nada baru dalam pengulangan
- Perkenalkan nada dan rhytme baru dalam klimaks
- Di akghiri dengan jembali kepada mood awal (relaksasi)
- Composisi tidak hanya sekedar pamer permainan notasi, tapi yang lebih penting adalah pergumulan, rasa, iman Persiapkan jalan untuk masuk ke bait berikutnya
- Perhatikan spiritnya, tidak hanya sekedar pamer notasi, tapi expressi rasa.
- Perhatikan space/ mood. Jangan terlalu banyak berjalan-jalan keluar rumah. Tapi hiasilah rumah yang sudah ada dengan indah/ beri variasi terhadap bentuk yang sudah ada. Jangan mengkombinasi karo, arab, spanyol, dll.

Umumnya musik di Indonesia tidak mengenal Dominant7 atau minor 7. Kebanyakan hanya mengenal Major dan Minor Chord, termasuk karo. Dominant 7 adalah chord active yang membangun tention / ketegangan dan meminta resolusi.

Chord yang menghasilkan ketegangan adalah Desonant (2nd, 4th, 7th), yang sangat membutuhkan resolusi ke Consonant (3th, Perfect 5th dan octave). Resolusi inilah yang membuat progression of music menjadi indah.
Kadang composer menciptakan jalan yang cukup manis dalam resolution, dengan menyembunyikan beberapa role yang umum, sehingga resolusinya segar. Secara psichology, reconsiliasi itu menyembuhkan.

12. Penutup
Berdasarkan wacana-wacana di atas, bahwa musik dapat mempengaruhi seseorang dalam aspek kognitif sekaligus keterampilan sosial emosional, maka selayaknyalah gereja bergumul lebih serius tentang pengembangan musik gerejani
Akhir kata, tulisan ini tidaklah merangkum semua hal untuk kebutuhan pengembangan musik gereja. Kita membutuhkan waktu dan keseriusan yang khusus, sehingga kita sebagai orang yang diberi Tuhan talenta dalam dunia musik akan mempersembahkan talenta kita kembali kepadanya dengan sepenuh hati. Kiranya wacana sederhana ini dapat mendorong kita untuk berkarya lebih baik. Tuhan si masu-masu kaita kerina. Bujur ras menjuah-juah.

Krismas Imanta Barus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar